Mbak mbak Tukang Warteg
Ini cerita masa lalu, dimana waktu itu aku masih bekerja buruh pabrik baru lulus sekolah. Bukan nostalgia bukan juga mengenang masa lalu, hanya ingin bercerita saja, sudah lama aku tak bercerita disini.
Waktu itu, tiba-tiba hujan datang menghentikan perjalananku untuk pulang ke rumah, aku memberhentikan sepeda motorku karena takut kebasahan. Kebetulan aku berhenti pas depan warteg yang agak sepi, aku langsung mampir sekalian berteduh.
Pas masuk di warteg aku di sambut oleh mbak wartegnya, aku terpana diam sekitar 0,00999 detik ( kira-kira kaya gitu lah).
"Pesen apa mas ?" Tanya mbaknya.
"Manis". Aku menjawab sambil memandangnya.
"Teh manis?" Tegas mbaknya.
"Senyumannya". Aku menjawab sambil senyum.
Mbak mbaknya juga ikutan tersenyum.
"Teh manis anget ya mbak". Aku memesan sembari duduk.
"Iya mas". Jawab mbaknya sambil senyum senyum melulu.
"Iya mas". Jawab mbaknya sambil senyum senyum melulu.
"Nih mas". Mbak nya menyodorkan teh manis hangat dengan senyuman manisnya juga.
"Makasih mbak". Jawab aku sambil membalas senyumannya.
"Makasih mbak". Jawab aku sambil membalas senyumannya.
Aku pura-pura sibuk memegang Handphone ku, padahal cuma main kalkulator doang, hihihi.
Aku main kalkulator hingga hujan reda dan membuatku untuk melanjutkan pulang kembali.
Aku main kalkulator hingga hujan reda dan membuatku untuk melanjutkan pulang kembali.
"Berapa mbak ?" Tanya aku mau bayar tehnya.
"Lima ribu mas". Jawabnya sambil senyum senyum lagi.
Aku juga jadi ikut-ikutan senyum terus.
"Lima ribu mas". Jawabnya sambil senyum senyum lagi.
Aku juga jadi ikut-ikutan senyum terus.
"Makasih ya mbak atas senyumannya, eh teh manisnya". Kata aku sambil senyum juga.
"Iya sama-sama". Jawab mbaknya sambil membalas senyumanku.
"Iya sama-sama". Jawab mbaknya sambil membalas senyumanku.
Begitulah pertemuan singkatku dengan mbak-mbak tukang warteg, ga jelaskan ? Iya emang ga jelas sih.
Tapi kemarin kebetulan aku lewat warteg itu lagi, sudah sekalian lama mbaknya sudah gendong anak, dan aku cuma senyum senyum aja liatnya, mbaknya masih cantik sama anaknya juga lucu.
Sehat selalu yaa, mbak mbak Tukang warteg. Dan maaf waktu itu saya cuma beli teh manis doang, ga sama makanannya. Maklum dompet waktu itu tipis banget.
Sekian dari saya.
Post a Comment for "Mbak mbak Tukang Warteg"
Post a Comment